Moeldoko Politik Cinta Kasih

    Moeldoko Politik Cinta Kasih
    Moeldoko Politik Cinta Kasih/Ditulis Oleh: Drs. George N Kuahaty, MM.

    Moeldoko Politik Cinta Kasih

    Indonesia menjadi sebuah negara yang kekayaannya, identitasnya, budayanya dan masa depannya bisa hancur jika kita tidak sama-sama menjaganya. Jangan sampai nihilisme, sinisme, korupsi dan aksi main hakim sendiri berkuasa tanpa perlawanan.

    Situasi ini masih menjadi kegelisahan Kepala Staf Presiden (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko. Ia membayangkan, jika negara ini dikelola dengan politik cinta kasih. Ia yakin, jika demikian, maka sesungguhnya Negara Indonesia akan damai dan sejahtera.  

    Yang dimaksud politik cinta kasih menurut Moeldoko, adalah menjauhkan diri kita dari rasa kebencian, rasa saling memusuhi. Di antara kita, sesama, seharusnya saling membesarkan, saling membantu bukan saling menyengsarakan. Di antara sesama harus saling mengangkat harkat, derajat dan martabat.

    Ia menyampaikan, dalam setiap kesempatan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu mengutarakan bahwa Indonesia itu adalah negara yang besar, negara yang terdiri dari 714 suku, negara dengan jumlah penduduk besar, 263 juta lebih jiwa ada terdapat 1.200 bahasa. 

    Moeldoko mengilustrasikan negara Afghanistan sebagai sebuah negaranya kini masih terjerembab pada konflik, hingga membuat wilayah itu berantakan. Afghanistan adalah sebuah negara yang tidak terlalu besar, hanya terdapat tujuh suku besar disana. 

    Demikian halnya jumlah penduduknya juga tidak terlalu banyak seperti di Indonesia. Tetapi sudah lebih 40 tahun negara tersebut berkelahi. Sampai sekarang belum menemukan titik temu untuk menyudahi konflik di dalam negerinya.

    Ketika Presiden Jokowi bertandang ke Afghanistan, ia sempat menerima pengakuan Presiden Ashraf Ghani, ia mengatakan “Pak Jokowi, 40 tahun yang lalu, warga kami, khususnya yang wanita setiap sore menyetir mobil sendirian sambil berkeliling kota. Tapi apa yang terjadi sekarang, setelah 40 tahun, para wanita dan anak-anak menjadi korban terhadap sebuah situasi yang belum tahu kapan akan berakhir. Bapak harus jaga Indonesia, negara Anda negara dengan keberagaman yang besar. Belajarlah dari kami, suku kami tidak banyak, tapi sudah perang saudara 40 tahun lebih lamanya.”

    Dari pengakuan Ghani tersebut, Moeldoko menegaskan bahwa aset negara, aset bangsa yang paling besar yang harus kita jaga baik-baik adalah persaudaraan, persatuan dan kesatuan.

    Jika aset-aset besar tersebut terganggu, maka situasi keamanan, situasi stabilitas akan terganggu. Jangan sampai situasi-situasi yang terjadi, konflik di berbagai negara menjadi poin penting buat pembelajaran warga Indonesia. Ini menjadi poin penting. 

    Setelah semuanya berantakan, baru sadar kalau negaranya hancur lebur, seperti dialami Afghanistan. Jangan sampai Indonesia seperti itu. Ayo, kita jaga bersama-sama negara bangsa ini.

    Jakarta 09 Maret 2022.

    Ditulis Oleh: Drs. George N Kuahaty, MM.

    Sukabumi Jabar Nasional
    Aa Ruslan Sutisna

    Aa Ruslan Sutisna

    Artikel Sebelumnya

    Sertu Mulyadi Babinsa Desa Tamansari Koramil...

    Artikel Berikutnya

    Bantu Bersihkan Lokasi Bencana Alam Nagrak,...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Nagari TV, TVnya Nagari!
    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    BINUS Learning Community Palembang Mengadakan Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan Tema "Cara Mudah Menentukan Harga Jual Produk yang Tepat!"
    Program Paslon Nomor Dua Asep Japar Andreas Pro Masyarakat dari Mulai Bedah Rumah dan Pengobatan Gratis
    Hendri Kampai: Merah Putih, Bukan Abu-Abu, Sekarang Saatnya Indonesia Berani Jadi Benar

    Ikuti Kami